Katanya,
pohon itu lambang dari kesatuan. Menyatukan banyak daun dengan ranting dan
batang. Tapi tetap saja ada daun yang jatuh lalu berpisah.
Katanya
air itu mengalir dari ketinggian menuju samudra untuk mencari ketenangan, agar
tidak lagi berjalan menghantam batu-batuan. Namun di samudra itu air akan
menjadi ombak yang bisa mengombang-ambingkan perahu.
Katanya
manusia itu punya dua kaki. Kau takkan bisa berjalan dengan satu kaki. Kalaupun
hal itu bisa dilakukan, mungkin akan sangat sulit.
Dan katanya, dunia ini tidak hanya ada satu sisi, pasti banyak sekali sisi yang
belum ku jelajahi. Kau pun begitu.
Kini
saatnya kau pergi, melihat apa yang selama ini kau dambakan. Peluit telah
dibunyikan, tanda bahwa kapal pesiar harus segera meninggalkan dermaga untuk
menuju ke dermaga lainnya.
Tahukah
kau? Berapa banyak orang menangis ketika kapal mulai berangkat? Banyak yang
harus mengucapkan selamat tinggal. Kau harus melepaskan penumpang lama mu untuk
mengantar penumpang baru.
Ini
pertama kalinya aku membenci suara peluit, terdengar tidak nyaring, sangat
pelik di kuping. Aku harus melambaikan tangan mengucap selamat tinggal untuk
kapal pesiar yang baru saja bersandar pada bahuku, dermaga usang yang kian
renta setelah kepergianmu.
Tapi
aku mohon, jangan pernah melupakan daun yang jatuh walau kau akan menemukan
daun baru. Tidak perlu mencari ketenangan terlalu jauh, karna kau telah
memilikinya di sekitar. Jangan pula kau
berjalan dengan satu kaki bila kau punya keduanya.
Karena
daun yang jatuh itu tidak akan bisa kembali, mungkin ia akan kering lalu
terinjak kaki makhluk lainnya dan mati. Sama seperti ku.
Karena
ketenangan tak harus kau cari sejauh itu, jika kau sedikit saja mengamati lebih
dalam, sedikit saja mendengar lebih banyak, kau akan dapati bahwa ketenangan
itu ada di sekelilingmu, begitu dekat. Itulah aku.
Karena
kaki yang berjalan sendiri akan merasa lelah tanpa teman untuk berbagi, karena
kaki yang berjalan sendiri akan merasa kesepian, seperti tangan yang tak kau
basuh secara bersamaan.
Peluit
itu akan mengantarmu menyebrangi samudra lain, kau akan terombang-ambing
disana. Tidak juga nanti kau kan dapati dermaga yang tenang seperti ku saat
ini. Karena kau tidak akan bisa menerawang jauh dibalik pelupuk mata. Dan
mungkin saja, jika kau menemukan hal bahagia baru seperti yang ku khawatirkan,
kau akan menghapus kenangan kita saat saling bersandar melepas lelah.
Di
dunia tidak akan ada yang kekal, pertemuan pun diciptakan untuk perpisahan,
harusnya aku bisa lebih mempersiapkannya, agar aku tidak jatuh cinta pada kapal
pesiar manapun yang nanti akan berlabuh, berlabuh untuk sesaat lalu kan pergi.
Sama sepertimu.