# 1

# 1

Kala jejak terhapus oleh hujan yang tak berpihak...kala itu jemari kian mengukir

# 2

# 2

Waktu bukan mesin penjawab tuk semua tanya, maka jangan kau gantung asamu tuk detak yang tak terhingga

3

# 3

Berkawanlah pada jarak.... maka menanti tidak lagi merisaukan

# 4

# 4

Namun, jangan lupakan daaun yang jatuh walau kan tumbuh daun baru

# 5

# 5

Penaku kan mengiring setiap kata yang terurai ditiap hembusa nafas

Rabu, 13 Agustus 2014

Savana

Coklat berbalut hijau nan rindang di bawah biru yang berkilau di atas coklat yang gersang. Sebuah pohon di savana. Pohon yang berani menurutku. Ia hidup sebagai payung bagi kawanan yang terpisah dari alam liar untuk menghabiskan hidup dalam kekang. Sebuah rindang yang berdiri di atas tandus. Mungkin akarnya tlah mencengkram erat kekeringan. Mendapatkan air dari keringat kawanan karena terik mentari yang menghujam. Bulir keringat pemburu yang tidak memiliki mangsa. Mereka hanya menanti untuk makanan siap saja. Kawanan yang akan menghabiskan sisa hidup untuk dipertontonkan. Dan pohon rindang itu berharap keringat mereka dapat terus menumbuhkan daun untuk menjadikannya tetap rindang.
Pohon besar yang berdiri kokoh di hadapanku menjadi bahu untuk kawanan-kawanan yang kering karena gersang. Namun, ia tetap berdiri dengan gagahnya. Berharap keringat kan menembus tandus dan merapatkannya menjadi tanah yang coklat subur. Itu akan membutuhkan waktu yang lama ku rasa. Bagaimana dengan akar pohon itu? Apakah ia mengeras dan membatu, ataukah perlahan tlah mati? Entahlah. Itulah pengorbanannya.

Aku ingin menjadi pohon itu. Hidup untuk memayungi siapapun yang membutuhkanku. Di dalam medan sekeras apapun, sesakit apapun, aku harus menjadi peneduh bagi kawanan yang kering. Menjadi hijau untuk di antara gersang. Menjadi pendengar setia dalam bungkam. Menjadi yang terkuat di antara tumbuhan yang telah mati kekeringan. Tapi aku tidak sanggup menjadi seperti itu. Aku tak cukup rindang untuk mereka yang malah menjadi payung untukku. Aku tak cukup kokoh untuk mendengarkan cerita dalam bungkam. Aku bukanlah pohon  savana yang bisa mencengkram tandus. Aku kering, aku tak cukup kuat, aku terlalu lemah untuk berdiri sendiri. Aku iri pada pohon savana itu.

0 komentar:

Posting Komentar