# 1

# 1

Kala jejak terhapus oleh hujan yang tak berpihak...kala itu jemari kian mengukir

# 2

# 2

Waktu bukan mesin penjawab tuk semua tanya, maka jangan kau gantung asamu tuk detak yang tak terhingga

3

# 3

Berkawanlah pada jarak.... maka menanti tidak lagi merisaukan

# 4

# 4

Namun, jangan lupakan daaun yang jatuh walau kan tumbuh daun baru

# 5

# 5

Penaku kan mengiring setiap kata yang terurai ditiap hembusa nafas

Kamis, 16 Oktober 2014

Sang Fakir

Aku tidak sanggup mencintai siapapun. Bukan. Lebih dapat disebut dengan tidak layak. Jika ku ibaratkan hati itu sebuah bola, aku harus membaginya menjadi dua. Satu untukku, dan satu lagi untuk kekasihku. Namun, cinta selama ini lebih mirip dengan permainan. Bola itu ku biarkan utuh untuk digiring ke kanan dan ke kiri. Ku berikan pada mereka seutuhnya hanya untuk sekejap saja, lalu diberikan pada yang lain, sama sekejapnya. Tidak satupun ku bagi. Tidak ku belah untuk siapa nantinya, karena aku masih memilih. Di antara pemain itu, tidak satupun yang memiliki separuh bahkan secuil hatiku. Aku menghampiri mereka sama besarnya. Hanya sebagai tempat persinggahan saja.
Cinta yang ku mainkan dengan canda tawa tanpa memperhatikan bagaimana akhir dari cerita. Malah ku banggakan bagaimana perjalananku menemukan dermaga persinggahan. Kini ku rasakan. Bola yang tadi utuh tergores oleh sumpah serapah mereka yang tersakiti. Goresan itu akhirnya membuat bolaku berlubang. Lalu kan mengempis dan tak dapat berputar lagi. Bolaku hancur. Hatiku hancur. Hanya sisa saja yang kini ku miliki untuk bertahan hidup. Berharap ada yang akan menerimanya. Bukan untuk dihargai. Bahkan jika ku buang, tidak akan ada yang memungutnya untuk diperbaiki. Lalu cinta sempurna yang pernah ku bayangkan kini beranjak pergi.

Aku menyesal. Tidak memiliki keindahan cinta seperti yang ku damba. Terjun ke dalam kesendirian seperti fakir. Menengadahkan tangan meminta. Andai saja pangeran impian kan tiba. Lalu apa yang kan ku beri? Aku seperti kepompong saja. Kepompong yang telah ditinggalkan oleh kupu-kupu. Mereka terlahir indah dariku. Tapi kini tlah hilang. Lalu aku tersisa kosong. Berharap angin menghempaskan ku agar lebih cepat sirna.

0 komentar:

Posting Komentar