# 1

# 1

Kala jejak terhapus oleh hujan yang tak berpihak...kala itu jemari kian mengukir

# 2

# 2

Waktu bukan mesin penjawab tuk semua tanya, maka jangan kau gantung asamu tuk detak yang tak terhingga

3

# 3

Berkawanlah pada jarak.... maka menanti tidak lagi merisaukan

# 4

# 4

Namun, jangan lupakan daaun yang jatuh walau kan tumbuh daun baru

# 5

# 5

Penaku kan mengiring setiap kata yang terurai ditiap hembusa nafas

Jumat, 21 November 2014

pesanku untuk Nan

Inikah yang akan menjadi kenangan terakhir antara kita?

Aku bisa berkata apa sebagai gantinya? Hanya kata terima kasih yang kini tidak tersekat di lidah.

Terima kasih telah menemaniku selama bertahun ini...pahit manis kau telan tanpa ragu. Untukku.

Namun, aku masih terbelenggu di dalam masa lalu...

Raga dan jiwa hampir tidak pernah bersatu...

Mereka tidak beranjak dari silam. Raga ku kosong...kau pasti mengetahuinya...

Pernah ku panggil kau, “cinta.”
Pernah jemari ini mengukirnya di kaca spion motor hitam mu. Tak hanya sekali...karena itu pun tulus, sebanyak ukiran ku buat, sebanyak itu pula rasa yang kumiliki...

Tapi, itu tidak cukup membebaskanku dari jeritan silam...
Mereka selalu membuntuti...

Genggam mu tidak cukup kuat mengangkatku...

Maaf...mungkin kekejaman ini kan berakhir saat ini.

Kiranya kisah kita kan terukir seperti relief candi yang pernah kita singgahi...
kiranya itu mungkin, setidaknya banyak orang yang akan berkunjung untuk melihatnya lalu menerka apa yang pernah kita lewati bersama...
kiranya itu mungkin, maka kisah ku dengan mu akan membatu dan abadi

aku tidak akan pernah lupa, walaupun batu kan begitu keras tuk diukir, tapi percayalah...aku tidak akan berhenti bercerita hingga batu itu menggambar kan kisah kita...

jarak ini, jarak yang tidak pernah ku ingini...
jarak ini, mungkin kan jadi akhir, namun ku mau tuk terus menjadi awal kebahagiaan bagimu...bagiku...

Kamis, 13 November 2014

egoisku...

Cinta...aku akan menjadi sangat egois padamu.
Tidak ingin sejengkal kau lebih jauh...
Tidak ingin pelukku terlepas walau kan sedetik...
Bisa kah kau hanya diam tak jauh dari rengkuh lengan?

Jika pun kau kan pergi. Bisa kah tak jauh dari kecaman pelupuk mata?