# 1

# 1

Kala jejak terhapus oleh hujan yang tak berpihak...kala itu jemari kian mengukir

# 2

# 2

Waktu bukan mesin penjawab tuk semua tanya, maka jangan kau gantung asamu tuk detak yang tak terhingga

3

# 3

Berkawanlah pada jarak.... maka menanti tidak lagi merisaukan

# 4

# 4

Namun, jangan lupakan daaun yang jatuh walau kan tumbuh daun baru

# 5

# 5

Penaku kan mengiring setiap kata yang terurai ditiap hembusa nafas

Selasa, 24 Februari 2015

Pencabik Sayap

Ada apa lagi? putri bukit selalu menutup tirainya kala senja mengundangku untuk menyapanya. tidak kah puas bagimu membuatku begitu pedih teradili? bahkan oleh diri sendiri.
Tidak cukupkah penyesalan ini sebagai hukuman yang ku terima? Tidak kah kau perhatikan dari kejauhan? Aku tahu kau pun tidak tertawa di atas perihku. Tapi kau cukup ku anggap tega atas perlakuanmu.
Jika aku seekor kupu-kupu, maka kau lah pencabik sayapku.
Jika aku sebuah dinding, maka kau lah penghancur kokohku
Jika aku adalah cinta, maka kau lah pelenyap warniku.
Sudah cukup menyedihkan kala api membara membakarku, aku masih bertahan dalam rapuh. Sudah pun cukup menggelikan kala hati masih mengira 'Hanya aku lah yang kau ingini.'
Kau tahu? tak cukup selembar jemari meratap dalam tinta penanya. Bahkan aku cukup tega memalsukan tawa dari mata nan sayu. Untukmu...karena ku tahu, hukuman ini masih terus berjalan hingga kupu-kupu tidak mendapatkan hari pertama terbangnya.


0 komentar:

Posting Komentar