Ada apa lagi? putri bukit selalu menutup tirainya kala senja mengundangku untuk menyapanya. tidak kah puas bagimu membuatku begitu pedih teradili? bahkan oleh diri sendiri.
Tidak cukupkah penyesalan ini sebagai hukuman yang ku terima? Tidak kah kau perhatikan dari kejauhan? Aku tahu kau pun tidak tertawa di atas perihku. Tapi kau cukup ku anggap tega atas perlakuanmu.
Jika aku seekor kupu-kupu, maka kau lah pencabik sayapku.
Jika aku sebuah dinding, maka kau lah penghancur kokohku
Jika aku adalah cinta, maka kau lah pelenyap warniku.
Sudah cukup menyedihkan kala api membara membakarku, aku masih bertahan dalam rapuh. Sudah pun cukup menggelikan kala hati masih mengira 'Hanya aku lah yang kau ingini.'
Kau tahu? tak cukup selembar jemari meratap dalam tinta penanya. Bahkan aku cukup tega memalsukan tawa dari mata nan sayu. Untukmu...karena ku tahu, hukuman ini masih terus berjalan hingga kupu-kupu tidak mendapatkan hari pertama terbangnya.
Tidak cukupkah penyesalan ini sebagai hukuman yang ku terima? Tidak kah kau perhatikan dari kejauhan? Aku tahu kau pun tidak tertawa di atas perihku. Tapi kau cukup ku anggap tega atas perlakuanmu.
Jika aku seekor kupu-kupu, maka kau lah pencabik sayapku.
Jika aku sebuah dinding, maka kau lah penghancur kokohku
Jika aku adalah cinta, maka kau lah pelenyap warniku.
Sudah cukup menyedihkan kala api membara membakarku, aku masih bertahan dalam rapuh. Sudah pun cukup menggelikan kala hati masih mengira 'Hanya aku lah yang kau ingini.'
Kau tahu? tak cukup selembar jemari meratap dalam tinta penanya. Bahkan aku cukup tega memalsukan tawa dari mata nan sayu. Untukmu...karena ku tahu, hukuman ini masih terus berjalan hingga kupu-kupu tidak mendapatkan hari pertama terbangnya.