# 1

# 1

Kala jejak terhapus oleh hujan yang tak berpihak...kala itu jemari kian mengukir

# 2

# 2

Waktu bukan mesin penjawab tuk semua tanya, maka jangan kau gantung asamu tuk detak yang tak terhingga

3

# 3

Berkawanlah pada jarak.... maka menanti tidak lagi merisaukan

# 4

# 4

Namun, jangan lupakan daaun yang jatuh walau kan tumbuh daun baru

# 5

# 5

Penaku kan mengiring setiap kata yang terurai ditiap hembusa nafas

Selasa, 24 Februari 2015

Pencabik Sayap

Ada apa lagi? putri bukit selalu menutup tirainya kala senja mengundangku untuk menyapanya. tidak kah puas bagimu membuatku begitu pedih teradili? bahkan oleh diri sendiri.
Tidak cukupkah penyesalan ini sebagai hukuman yang ku terima? Tidak kah kau perhatikan dari kejauhan? Aku tahu kau pun tidak tertawa di atas perihku. Tapi kau cukup ku anggap tega atas perlakuanmu.
Jika aku seekor kupu-kupu, maka kau lah pencabik sayapku.
Jika aku sebuah dinding, maka kau lah penghancur kokohku
Jika aku adalah cinta, maka kau lah pelenyap warniku.
Sudah cukup menyedihkan kala api membara membakarku, aku masih bertahan dalam rapuh. Sudah pun cukup menggelikan kala hati masih mengira 'Hanya aku lah yang kau ingini.'
Kau tahu? tak cukup selembar jemari meratap dalam tinta penanya. Bahkan aku cukup tega memalsukan tawa dari mata nan sayu. Untukmu...karena ku tahu, hukuman ini masih terus berjalan hingga kupu-kupu tidak mendapatkan hari pertama terbangnya.

Senin, 09 Februari 2015

Tentang Gulungan Ombak

    Pantai bukan hanya tentang kilauan pasir, atau tentang limpahan air asin dari semesta. Bukan juga mengenai keindahan karang di dalamnya. Ini tentang tawa yang tercipta darinya. Cucuran keringat yang ingin terus mengalir dengan puasnya. Tentang gulungan ombak yang tidak henti sampaikan salam rindunya.


Dari Delik Sayu

     Sebagian kata terhenti...ada yang mengutil rupanya. di belakangku, sembari tersenyum dan aku harus terus menyembunyikan tawa kecil karena malu.

     Tidak sejauh dari setengah jengkal. ia terus duduk merapat hingga tidak ku temukan tempat bersembunyi lain.
aku memiliki bayangan kedua. hanya saja bayangan itu tidak hitam. berwarna-warni. sempat membuatku tersipu karena gelak tawanya. cukup membuatku kehilangan alasan untuk muram lagi.

     Dari delik sayu berpayung alis tebalnya...mata itu terus berbicara padaku. apa yang ia bicarakan? entah. mungkin bisikan lembut menyapaku atau bahkan kata seru memujaku?
setidaknya, jika itu tidak benar, aku memiliki mataku sendiri yang mengatakan hal itu tentangnya.
kau tahu alasan angin berhembus kencang ke arahku? karena ia tidak lagi menjelajahi setiap kuping insan untuk bisikan rahasianya. ia hanya berbicara lantang mengutarakan bahagianya padaku.