# 1

# 1

Kala jejak terhapus oleh hujan yang tak berpihak...kala itu jemari kian mengukir

# 2

# 2

Waktu bukan mesin penjawab tuk semua tanya, maka jangan kau gantung asamu tuk detak yang tak terhingga

3

# 3

Berkawanlah pada jarak.... maka menanti tidak lagi merisaukan

# 4

# 4

Namun, jangan lupakan daaun yang jatuh walau kan tumbuh daun baru

# 5

# 5

Penaku kan mengiring setiap kata yang terurai ditiap hembusa nafas

Rabu, 13 Agustus 2014

Air Mancur

Terkadang aku berfikir bahwa air yang telah terjun ke tempat lebih rendah tidak lagi dapat merangkak ke atas. Mereka tidak dapat kembali. Seperti takdir kehidupan bahwa saat kita berada di masa kini, kita tidak dapat merangkak kembali ke masa lalu. Dan penyesalan yang selalu berada di belakang seperti buntut? Mereka hanya membuat tumpuan rapuh. Saat itu juga, mereka akan menjadikan kaki lemas dan tidak ingin beranjak. Putus asa akan mengikuti, sedangkan masa depan selalu menagih janji.
Hal ini yang buatku iri pada air mancur. Ya, aku selalu iri. Kali ini aku iri karena air mancur begitu indah. Ia adalah air yang begitu beruntung. Air yang berada di bawah memiliki kesempatan untuk naik ke atas walau hanya sebentar. Mereka memiliki kesempatan yang mustahil untuk diperoleh. Andai aku menjadi air mancur, aku akan meminta untuk bisa naik ke atas lalu aku akan terjun lagi ke bawah. Saat aku berada di atas, aku bisa mengambil sisa-sisa kenangan yang pernah ku lewatkan.
Andaikan aku memiliki kesempatan itu, aku berharap bisa membuat mesin waktu untuk kembali ke masa lalu dan menghapus segala kesalahan. Aku tak ingin menjadi air yang hanya mengalir menerima takdir. Aku ingin kembali menyusun hidup agar tiada air mata yang selalu mengambang sebelum tidur bahkan saat ku terbangun. Hati ini begitu dicerca kesalahan. Tentangnya. Dia yang kini tlah hilang dari hadapanku. Dia yang kini meninggalkan puing kehancuran. Dia yang kini merusak hidupku, bahkan dunia mimpi yang tidak mungkin terjamah orang lain. Tentangnya yang ku cinta. Dulu. Sebelum dia pergi karena ulahku. Andai saja aku bisa menjadi air mancur itu. Andai saja aku bisa membuat mesin waktu. Aku ingin menciptakan masa lalu yang indah dan membawanya ke masa depan. Atau jika itu tidak dapat ku lakukan, setidaknya aku ingin melihat kembali bagaimana ia pernah menyuguhkan senyum untukku.

Aku tak ingin terpuruk olehnya dan membayangkan kemerlap lampu itu meredup. Aku ingin bohlam itu tetap terang hingga akhirku menatap.

0 komentar:

Posting Komentar